Jumat, 20 Mei 2011

Syahidnya Syaikh Usamah adalah Kemenangan Gerakan Jihad










Pasca syahidnya Syaikh Usamah bin Ladin, daulah kuffar al-harb Amerika dan sekutunya, berpesta pora di atas ceceran darah dan tulang beliau. Mereka mengira kematian syaikh Usamah bin Ladin dapat menghentikan putaran roda kehancuran peradaban mereka yang berada di ambang keruntuhan dan mengulur detik kematian mereka yang sesungguhnya telah dijadwalkan.

Wahai kuffar! Ingatlah! Kami memiliki dua kemenangan. Kalian mungkin lupa bahwa seorang muslim dikatakan menang tidak selalu diukur dengan materi sebagaimana kalian mengukur kemenangan kalian. Rob kami telah menjelaskan bahwa kemenangan bagi kami ada dua yaitu kekuasaan di dunia yang diperoleh dari sisi-Nya serta kesyahidan yang kami dambakan.

Wahai kuffar! Kami bukan seperti kalian yang tamak dan rakus dengan dunia. Kemenangan bagi kami, bukan dengan menduduki wilayah kemudian mengeruk semua sumber daya alam serta segala potensi yang ada disunat. Semua itu adalah kemenangan yang bersifat duniawi dan tidak kekal adanya. Kekuasaan bukanlah semata-mata kemenangan mutlak dari kami tetapi merupakan anugerah dari Allah SWT atas segala jerih payah, keringat dan darah kami sebagai pembuktian bahwa kami benar-benar telah berusaha menolong dien-Nya.

“Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan. (at taubah:20). Allah telah menyediakan bagi mereka surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar” (At-Taubah 89).



Maka dari itu ketika, Syaikh Usamah menyumbangkan harta, jiwa, waktu dan potensinya hingga terbayar dengan kesyahidan, maka inilah kemenangan yang sesungguhnya dan sungguh inilah kemenangan yang besar atasnya. Kemenangan abadi. Sebuah kemenangan yang hanya bisa dirasakan dan dinikmati oleh orang-orang beriman dan tidak mungkin dirasakan nikmatnya oleh orang-orang kafir. Maka dari itu dengan membunuh Syaikh Usamah, maka kalian telah melakukan kesalahan besar yaitu membantu beliau untuk mendapatkan kemenangan abadi.

Terlepas dari kemenangan Syaikh Usamah secara maknawi, ada beberapa catatan kemenangan yang diraih Al-Qaidah dengan syahidnya Syaikh Usamah bin Ladin dalam kacamata duniawi. Bahkan kemenangan ini melebihi pertempuran-pertempuran yang dilakukan Al-Qaidah dalam melawan hegemoni barat secara fisik dan militer. Kemenangan itu diraih bila dilihat dari segi propaganda gerakan jihad global, rekruitmen dan sekaligus membantah teori konspirasi yang selalu dituduhkan kepada Syaikh Usamah sebagai pemimpin Al-Qaidah dan kepada Al-Qaidah sebagai gerakan jihad.

Kemenangan di Bidang Propaganda

Secara tidak langsung dengan membunuh Syaikh Usamah, Amerika telah membuka mata jutaan kaum muslimin yang buta akan perjuangan Al-Qaidah dalam membela umat Islam. Umat Islam semakin mengerti visi dan misi yang diemban Al-Qaidah secara detail dengan membaca dan mendengar dari mulut-mulut musuh Al-Qaidah sendiri. Ini adalah promosi gratis bagi gerakan jihad.

Padahal sebelum terbunuhnya Syaikh Usamah gerakan jihad tidak diperhitungkan dalam kancah perjuangan dalam mengembalikan kejayaan umat. Banyak yang memandang sebelah mata gerakan ini. Namun setelah terbunuhnya Syaikh Usamah, umat Islam menjadi lebih paham dan mengerti perjuangan, visi dan misi Al-Qaidah sebagai gerakan terdepan dalam mengembalikan khilafah dengan dakwah dan jihad.

Ini menjadi tamparan yang keras terhadap aliansi Zionis-salibis yang mereka kira dengan syahidnya Syaikh Usamah dapat memadamkan semangat dan perjuangan jihad tapi menjadi propaganda gratisan gerakan Al-Qaidah di media secara besar-besaran dam massif.

“Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai” (At-Taubah 32).

Kemenangan di Bidang Rekruitmen

Gelombang unjuk rasa mengecam Amerika Serikat setelah pemimpin Al-Qaidah Syaikh Usamah bin Ladin syahid merebak di sejumlah negara. Mulai dari Pakistan, India, Mesir hingga Inggris. 


Ribuan orang turun ke jalan di kota-kota Pakistan, mulai dari Karachi, Multan hingga Lahore. Mereka mengecam serangan tentara Amerika Serikat yang membunuh Syaikh Usamah. Para pengunjuk rasa membawa berbagai spanduk dan bendera berisi kecaman keberadaan tentara Amerika Serikat di Pakistan.

Di Mesir, kelompok Muslim Salafi Mesir bersama sejumlah warga Palestina di Mesir mendatangi Kedutaan Besar Amerika Serikat di Kairo. Dengan membawa spanduk dan gambar Syaikh Usamah mereka meneriakkan slogan-slogan anti-Amerika dan Israel. Mereka mengecam cara pembunuhan dan cara AS membuang jasad Syaikh Usamah ke laut.

Di Kashmir, insiden bentrokan kecil warga dengan polisi terjadi saat massa akan menggelar shalat gaib untuk Syaikh Usamah. Kaum muslim Kashmir menghendaki dilakukannya shalat gaib untuk Syaikh Usamah bin Ladin sebagai kewajiban kolektif sesama Muslim. Warga mengkritik cara Amerika Serikat membuang jenazah Syaikh Usamah ke laut sebagai tindakan ekstrem yang tidak bisa diterima.

Sementara di London, Inggris, lebih dari 100 pengunjuk rasa mendatangi Kedutaan Besar Amerika Serikat di London. Di bawah penjagaan ketat aparat kepolisian mereka meneriakkan slogan-slogan anti-Amerika dan memperingatkan ancaman munculnya serangan-serangan balasan. Mereka mengkritik keterlibatan militer Inggris dan Amerika Serikat di Afghanistan (metrotvnews.com, 7/5/2011).

Hal ini menandakan makin banyaknya masyarakat muslim yang simpati terhadap Al-Qaidah. Walaupun mereka tidak tergabung dengan organisasi Al-Qaidah secara resmi namun ideologinya menginspirasi untuk melakukan perlawanan terhadap penjajahan yang dimotori oleh Amerika di negeri-negeri muslim.

Ini yang mungkin tidak terprediksi oleh AS sedari awal oleh Amerika atau memang mereka tidak dapat membendungnya?

Perlu kalian ingat: kaum muslimin sudah sangat benci oleh tindakan sewenang-wenang kalian, memaksakan ideologi yang tidak sejalan dengan Islam di tanah-tanah kami. Maka tunggulah balasan dari kami.

Ingatlah hai kuffar: kematian satu Usamah, akan menghasilkan ribuan bahkan jutaan Usamah yang baru!

Kemenangan atas Teori Konspirasi

Banyak teori konspirasi menegaskan bahwa Syaikh Usamah adalah antek CIA, tokoh fiktif karangan Amerika, manusia video dan semua tuduhan yang hanya didasarkan oleh prasangka dan dari sumber-sumber yang tidak jelas pula. Parahnya kaum muslimin ikut-ikutan latah dan membenarkan hal tersebut tanpa mau menelusuri dari sumber-sumber terpercaya yang memang pernah bertemu beliau, mengenal beliau dengan dekat. Penyakit malas berpikir ternyata tidak hanya menghinggapi rakyat biasa tapi juga meracuni orang-orang dipanggil intelektual.

‘Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu sesuatu yang benar dan paling baik penjelasannya” (Qs. Al-Furqan 33).

“Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar” (An-Nur 11).

Namun dengan kematian Syaikh Usamah semua teori konspirasi yang menyelimuti beliau terkuak dengan jelas. Mana ada manusia antek CIA yang membunuh Amerika sendiri lantas rakyatnya berpesta pora di atas kematiannya. Israel pun menyatakan bahwa kematian Syaikh Usamah bin Ladin adalah kemenangan demokrasi (Eramuslim.com, 02/05/2011). Lalu dengan apalagi orang-orang itu mengatakan bahwa Syaikh Usamah bin Ladin sebagai antek CIA, dengan kaca mata mana lagi bila mereka masih melihat Syaikh Usamah agen CIA?

Pendapat yang lebih konyol lagi adalah pendapat yang mengatakan Syaikh Usamah adalah tokoh fiktif rekaan Amerika untuk membenarkan serangan mereka ke negeri-negeri kaum muslimin. Tokoh yang tak pernah ada bahkan mereka mengatakan bahwa rakyat Afghanistan tidak mengenal beliau sama sekali. Ini adalah lelucon abad ini yang paling konyol, tidak mendasar dan kerjaan orang-orang yang cuma mengkhayal tapi berbicara tentang kenyataan. Tentang ada tidaknya beliau dalam kancah jihad Afghanistan biarkan mentor dan penggerak jihad Afghanistan memberikan testimoninya, As-Syahid Doktor Abdullah Azzam rahimahumullah.

“Kita memohon kepada Allah Ta’ala agar menjaga saudara kita, Abu Abdullah Usamah Bin Ladin; lelaki inilah, kedua mataku tak pernah melihat lelaki semisal ini di seluruh dunia.”

“Lelaki ini melambangkan seluruh negara.”

“Demi Allah, aku bersumpah aku takkan pernah mampu menemukan seorang yang setara dengannya di seluruh dunia islam, jadi kita memohon kepada Allah untuk menjaga agamanya dan hartanya, dan agar memberkahi kehidupannya.”

“Dia hidup di rumahnya dengan kehidupan orang yang melarat. Dulu aku terbiasa mengunjungi rumahnya di Jeddah di saat aku pergi untuk haji atau umroh, dan aku tidak pernah menemukan sebuah meja atau sebuah kursi dalam rumahnya: seluruh rumahnya. Dia menikahi empat istri dan di seluruh rumahnya aku tak pernah melihat sebuah meja maupun kursi. Rumah pekerja Yordania atau Mesir bahkan lebih baik dibanding dengan rumah Usamah. Pada saat yang sama, jika kamu meminta kepadanya jutaan riyal untuk Mujahidin, dia akan menuliskan sebuah cek jutaan reyal untukmu.”

“Orang-orang Afghanistan melihat orang Arab layaknya seorang lelaki yang meninggalkan perniagaannya, pekerjaannya dan perusahaannya di Saudi Arabia, atau di teluk Yordania, dan hidup dengan kehidupan roti dan teh basi di puncak-puncak pegunungan. Dan mereka akan melihat Usamah Bin Ladin layaknya seorang lelaki yang telah meninggalkan bisnisnya yang sukses dalam merenovasi Masjidil Haram milik Rasulullah SAW di Madinah untuk saudara-saudaranya hingga ia pun kehilangan bagiannya –2.5 juta dolar– lalu melemparkan dirinya ke tengah-tengah pertempuran.” ( Diambil dan diterjemah dari eBook “The Lofty Mountain” karangan Syekh Asy-Syahid bi-idznillah Abdullah Azzam, diterbitkan Azzam Publications (http://www.azzam.com), halaman 151-153, edisi pertama).

Inilah sebagian pengakuan Doktor Abdullah Azzam tentang diri Syaikh Usamah bin Ladin. Namun hal di atas seharusnya cukup menjadi bukti bahwa Syaikh Usamah bukan tokoh karangan siapapun. Beliau nyata berjihad bersama Thaliban melawan Uni Sovyet dan sekarang beliau berjihad melawan Amerika hingga Syahid menjemput beliau, Insya Allah.

Akhirul kalam, sungguh, kesyahidan Syaikh Usamah bin Ladin di tahun ini adalah pertanda nyata bagi kemenangan kaum muslimin atas kuffar yang telah lama sama-sama kita nantikan. Dan sungguh, semoga Allah istiqamahkan orang-orang yang ikhlas untuk berjuang menjadi ansharulloh dan hizbulloh, tak gentar membela dien ini, hingga tetes darah penghabisan. Amiin…

Ya syaikh, semoga kami bisa meneruskan estafet perjuanganmu, melestarikan risalah Rasul kami.
Salam Perjuangan, Salam Pembebasan! Allahu Akbar!

sumber:http://www.voa-islam.com
read more...

Rabu, 11 Mei 2011

Sejarah Hidup Muhammad SAW: Pemilik Gelar Al-Amin










Muhammad tinggal dengan pamannya, menerima apa yang ada. Ia melakukan pekerjaan yang biasa dikerjakan oleh mereka yang seusia dia. Bila tiba bulan-bulan suci, kadang ia tinggal di Makkah dengan keluarga, kadang pergi bersama mereka ke pasar-pasar yang berdekatan dengan Ukaz, Majanna dan Dzu'l Majaz, mendengarkan sajak-sajak yang dibawakan oleh penyair-penyair Mudhahhabat dan Mu'allaqat.

Ia mendambakan cahaya hidup yang akan lahir dalam segala manifestasi kehidupan, dan yang akan dicapainya hanya dengan dasar kebenaran. Kenyataan ini dibuktikan oleh julukan yang diberikan orang kepadanya dan bawaan yang ada dalam dirinya. Itu sebabnya, sejak ia masih anak-anak, gejala kesempurnaan, kedewasaan dan kejujuran hatinya, sudah tampak. Sehingga semua penduduk Makkah memanggilnya Al-Amin (yang dapat dipercaya).

Yang menyebabkan dia lebih banyak merenung dan berpikir, adalah pekerjaannya menggembalakan kambing sejak dalam masa mudanya itu. Dia menggembalakan kambing keluarganya dan kambing penduduk Makkah. Dengan gembira ia menyebutkan saat-saat yang dialaminya pada waktu menggembala itu. Di antaranya ia berkata, "Nabi-nabi yang diutus Allah itu gembala kambing. Musa diutus, dia gembala kambing, Daud diutus, dia gembala kambing. Aku diutus, juga gembala kambing keluargaku di Ajyad."

Gembala kambing yang berhati terang itu, dalam udara yang bebas lepas di siang hari, dalam kemilau bintang bila malam sudah bertahta, menemukan suatu tempat yang serasi untuk pemikiran dan permenungannya. Ia menerawang dalam suasana alam demikian, karena ia ingin melihat sesuatu di balik semua itu. Dalam pelbagai manifestasi alam ia mencari suatu penafsiran tentang penciptaan semesta ini. Ia melihat dirinya sendiri.

Pemikiran dan permenungan demikian membuat ia jauh dari segala pemikiran nafsu manusia duniawi. Ia berada lebih tinggi dari itu sehingga adanya hidup palsu yang sia-sia akan tampak jelas di hadapannya. Oleh sebab itu, dalam perbuatan dan tingkah-lakunya, Muhammad terhindar dari segala penodaan nama yang sudah diberikan kepadanya oleh penduduk Makkah, dan memang begitu adanya: Al-Amin.

Karena itu ia terhindar dari cacat. Yang sangat terasa benar nikmatnya, ialah bila ia sedang berpikir atau merenung. Dan kehidupan berpikir dan merenung serta kesenangan bekerja sekadarnya seperti menggembalakan kambing, bukanlah suatu cara hidup yang membawa kekayaan berlimpah-limpah baginya. Dan memang tidak pernah memedulikan hal itu. Dalam hidupnya ia memang menjauhkan diri dari segala pengaruh materi.

Bukankah dia juga yang pernah berkata, "Kami adalah golongan yang hanya makan bila merasa lapar, dan bila sudah makan tidak sampai kenyang?" Bukankah dia juga yang sudah dikenal orang hidup dalam kekurangan selalu dan minta supaya orang bergembira menghadapi penderitaan hidup? Cara hidup yang mengejar harta dengan serakah demi pemenuhan hawa nafsu, sama sekali tidak pernah dikenal Muhammad selama hidupnya.

Suatu ketika ia mendengar berita, bahwa Khadijah binti Khuwailid mengupah orang-orang Quraisy untuk menjalankan perdagangannya. Khadijah adalah seorang wanita pedagang yang kaya dan dihormati, mengupah orang yang akan memperdagangkan hartanya itu. Berasal dari Keluarga (Bani) Asad, ia bertambah kaya setelah dua kali menikah dengan keluarga Makhzum, sehingga dia menjadi seorang penduduk Makkah terkaya. Ia menjalankan bisnisnya dengan bantuan sang ayah, Khuwailid, dan beberapa orang kepercayaannya. Beberapa pemuka Quraisy pernah melamarnya, tetapi ditolaknya. Ia yakin mereka itu melamar hanya karena memandang hartanya.

Tatkala Abu Thalib mengetahui, bahwa Khadijah sedang menyiapkan perdagangan yang akan dibawa dengan kafilah ke Syam, ia memanggil keponakannya—yang ketika itu sudah berumur dua puluh lima tahun.

"Anakku," kata Abu Thalib, "Aku bukan orang berpunya. Keadaan makin menekan kita juga. Aku mendengar, bahwa Khadijah mengupah orang dengan dua ekor anak unta. Tapi aku tidak setuju kalau akan mendapat upah semacam itu juga. Setujukah kau kalau hal ini kubicarakan dengan dia?"

"Terserah paman," jawab Muhammad.

Abu Talib pun pergi mengunjungi Khadijah:

"Khadijah, setujukah kau mengupah Muhammad?" tanya Abu Thalib. "Aku mendengar engkau mengupah orang dengan dua ekor anak unta. Tapi buat Muhammad aku tidak setuju kurang dari empat ekor."

"Kalau permintaanmu itu buat orang yang jauh dan tidak kusukai, akan kukabulkan, apalagi buat orang yang dekat dan kusukai." Demikian jawab Khadijah.

Kembalilah sang paman kepada keponakannya dengan menceritakan peristiwa itu. "Ini adalah rejeki yang dilimpahkan Tuhan kepadamu," katanya.

Setelah mendapat nasihat paman-pamannya Muhammad pergi dengan Maisara, budak Khadijah. Dengan mengambil jalan padang pasir kafilah itu pun berangkat menuju Syam. Perjalanan ini menghidupkan kembali kenangannya tentang perjalanan yang pertama dulu itu. Hal ini membuatnya lebih banyak bermenung, berpikir tentang segala yang pernah dilihat dan didengar sebelumnya; tentang peribadatan dan kepercayaan-kepercayaan di Syam atau di pasar-pasar sekeliling Makkah.

Dengan kejujuran dan kemampuannya ternyata Muhammad mampu benar memperdagangkan barang-barang Khadijah, dengan cara bisnis yang lebih menguntungkan daripada yang dilakukan orang lain sebelumnya. Setelah tiba waktunya kembali, mereka membeli segala barang dagangan dari Syam yang kira-kira akan disukai oleh Khadijah.

Dalam perjalanan kembali kafilah itu singgah di Mar'z Zahran. Ketika itu Maisara berkata, "Muhammad, cepat-cepatlah kau menemui Khadijah dan ceritakan pengalamanmu. Dia akan mengerti hal itu."

Muhammad berangkat dan tengah hari sudah sampai di Makkah. Ketika itu Khadijah sedang berada di ruang atas. Bila dilihatnya Muhammad di atas unta dan sudah memasuki halaman rumahnya, ia turun dan menyambutnya. Didengarnya Muhammad bercerita dengan bahasa yang begitu fasih tentang perjalanannya serta laba yang diperolehnya, demikian juga mengenai barang-barang Syam yang dibawanya. Khadijah gembira dan tertarik sekali mendengarkan.

Sesudah itu, Maisara pun datang pula yang lalu bercerita juga tentang Muhammad, betapa halusnya wataknya, betapa tinggi budi pekertinya. Hal ini menambah pengetahuan Khadijah di samping yang sudah diketahuinya sebagai pemuda Makkah yang besar jasanya.

Dalam waktu singkat saja kegembiraan Khadijah ini telah berubah menjadi rasa cinta, sehingga dia—yang sudah berusia empat puluh tahun dan telah menolak lamaran pemuka-pemuka dan pembesar-pembesar Quraisy—tertarik juga hatinya mengawini pemuda ini, yang tutur kata dan pandangan matanya telah menembusi kalbunya. Pernah ia membicarakan hal itu kepada saudaranya yang perempuan—kata sebuah sumber, atau dengan sahabatnya, Nufaisa binti Munya—kata sumber lain.

Nufaisa pergi menjajagi Muhammad seraya berkata, "Kenapa kau tidak mau kawin?"

"Aku tidak punya apa-apa sebagai persiapan perkawinan," jawab Muhammad.

"Kalau itu disediakan dan yang melamarmu itu cantik, berharta, terhormat dan memenuhi syarat, tidakkah akan kau terima?"

"Siapa itu?"

Nufaisa menjawab hanya dengan sepatah kata, "Khadijah!"

"Dengan cara bagaimana?" tanya Muhammad. Sebenarnya ia sendiri berkenan kepada Khadijah sekalipun hati kecilnya belum lagi memikirkan soal perkawinan, mengingat Khadijah sudah menolak permintaan hartawan-hartawan dan bangsawan-bangsawan Quraisy.

Setelah pertanyaan itu Nufaisa berkata, "Serahkan hal itu kepadaku."

Maka Muhammad pun menyatakan persetujuannya. Tak lama kemudian Khadijah menentukan waktunya yang kelak akan dihadiri oleh paman-paman Muhammad supaya dapat bertemu dengan keluarga Khadijah guna menentukan hari pernikahan.

Kemudian pernikahan itu berlangsung dengan diwakili oleh paman Khadijah, Umar bin Asad, sebab Khuwailid ayahnya sudah meninggal sebelum Perang Fijar. Hal ini dengan sendirinya telah membantah apa yang biasa dikatakan, bahwa ayahnya ada tapi tidak menyetujui perkawinan itu dan bahwa Khadijah telah memberikan minuman keras sehingga ia mabuk dan dengan begitu perkawinannya dengan Muhammad kemudian dilangsungkan.

Di sinilah dimulainya lembaran baru dalam kehidupan Muhammad. Dimulainya kehidupan sebagai suami-isteri dan ibu-bapak. Suami-isteri yang harmonis dan sebagai ibu-bapak yang telah merasakan pedihnya kehilangan anak, sebagaimana pernah dialami Muhammad yang telah kehilangan ibu-bapak ketika masih kecil.

Sumber: Sejarah Hidup Muhammad oleh Muhammad Husain Haekal
http://www.republika.co.id
read more...